Fahri Umi Di Usir
Table of contents
Jadilah pemimpin yang memberi contoh, bukan hanya sekadar jabatan.
My brother is safe, Brother Arif Muhamad has been appointed as a council member. Yesterday, I passed by Brother Arif's house and there were many congratulatory flower arrangements. Brother Arif is really something. Oh, don't be so pretentious, my brother. It's thanks to you, after all. Whatever can be helped, you help. But the party wasn't wrong, right?
Abangku selamat, Abang Arif Muhamad sudah dilantik jadi anggota dewan. Semalam, saya lewat depan rumah Bang Arif dan banyak sekali karangan bunga ucapan. Galak kali memang Bang Arif ini. Alah, jangan lagah gitu, Abangku. Ini berkat Abang lah, awak ini kan. Apa yang bisa dibantu, awak bantu. Tapi memang gak salah partai, ya Bang? /
"Hah, I can't get drunk tonight, Brother. Binu didn't let me," I said. "Going out, there's a girl, alright Brother. Heading out tonight, okay Brother?"
"Hah, gak bisa nanti malam mabuk, Bang. Aku gak dikasih Binu," kataku. "Keluar ada ceweknya, siap Bang. Meluncur nanti malam, ya Bang?" /
"Alright," replied Brother Arif.
"Ya baik," jawab Bang Arif. /
Brother, who is that person who called earlier? Brother Arif Muhammad, the one whose house is in Bonjol, has been inaugurated as a council member. Later, just ask him for a project, okay? That was the promise, remember, Mom. "Oh, those projects, if it's not completed, it's just empty words, Dad. They make many promises, but once they're in position, they forget everything," I added.
Bang, mangan Pak sopo mau sing nelpon. Bang Arif Muhammad, Bu yang rumahnya di Bonjol, itu udah dilantik semalam jadi anggota dewan. Nanti tinggal Bapak minta proyek sama dia, ya? Kan janjinya dulu gitu, Bu. "Alah, proyek-proyek prek nak gurung jadi yo Kay Ngono, Pak. Akeh janjine nak wis jadi e, lali kabeh," tambahku. /
"Even remembering B was difficult, just look," said Mom. "If Dad trusts Brother Arif Muhammad so much, he would stand up for his friends, Mom. His team, Per, he sent them for umrah."
"Ambil B pun lali iku, delok lah," kata Bu. "Kalau Bapak percaya kali sama Bang Arif Muhammad ini, dia untuk kawan pasang badan, Bu. Orang tim-timnya, Per di umrohin dia." /
"Yeah, yeah, I don't believe it," replied Dad. But earlier, Dad was really shocked, Nok. Mom hit the setela. After hitting the face of the setela, Mom did that. If Enda hadn't come, oh, her stomach would have been crushed, stepped on by Mom.
"Ya, ya wis n ora coyon delok aing k," jawab Bapak. Tapi tadi Bapak kaget kali, Nok. Umi mukulin setela, Bu. Habis muka setela dipukulin Umi itu tadi. Kalau Enda gak datang, oh mencrot perutnya di apa, dipijak Umi. /
"Yeah, oh my, how could Mom take the setela like that, Dad?" asked Mom. "What's the problem, Dad doesn't know either, Mom. Suddenly Mom went berserk, hitting the setel with the setela, got stuck in the tree, Mom. Some even ended up in the Lumbu pen, it's really scary."
"Iya, Oalah kok iso Umi ambil setela kayak ngono iku, yo Pak?" tanya Bu. "Opo masalah ni, Bapak juga gak tahu, Bu. Masalahnya apa, tiba-tiba Umi membabi buta mukulin setel kawan setela, nyangkut di pohon, Bu. Ada juga yang sampai ke kandang Lumbu, ngeri kaliaga Umi." /
Well, in my opinion, Dad, it must be Eneng's problem. Mom took the setel and then Mom got angry. "Yes, but if there's a problem, there shouldn't be any physical violence. That's already assault, later when Mom gets examined, she might go to jail, Mom. It's better if there's a problem, discuss it properly."
Nah, menurutku Pak, pasti Eneng masalah iku. Umi AMB setel mangkan Umi marah-marah k. "Iya, tapi kalau ada masalah, gak boleh l main tangan. Itu namanya udah penganiayaan, nanti dipisum Umi bisa masuk penjara, Bu. Bagus kan kalau misalnya ada masalah dibicaraik baik gitu?" /
"What is your duty as the neighborhood head, Dad?" asked Mom again.
"Ku d RT opo sih tugasmu nang kampungi, Pak?" tanya Bu lagi. /
"Yeah, same as other officials, Mom. Eat again, sleep again, do business again, corruption," replied Dad jokingly.
"Ya sama kayak pejabat-pejabat yang lain lah, Bu. Makan meneh, tidur meneh, berak meneh, korupsi," jawab Bapak dengan nada bercanda. /
"Oh my God, Dad! Dad, please! This country can progress if the leaders think alike. You are the neighborhood head, set a good example, don't do that. Well, solve the problems in this village, Dad. Don't be like the judge next door blaming Mom, it could be Setela's fault. That's why, as the neighborhood head, you must be thorough. Well, if Setela is wrong, I'm sure, Dad, Mom wouldn't hit Setela without a reason."
"Astagfirullahalazim, Pak! Pak PW lah, negoro iki maju nak pemimpine pikirane podo ambek k. Kowe iku dadi RT, gawe contoh sing baik ya, ojo k ngo iku. Nah, Eneng masalah nang kampung iki diselusu, Pak. Ojo m Hakim sebelah iki k nyalahi Umi, kan iso Dadi setelah sing salah. Mangkane k jadi RT yo bener-bener harus tuntas ngono l iso jadi. Yo setela sing salah, aku yakin yo Pak, nak Umi ora mungkin gebuki setelan ora Eneng masalah io." /
"Yeah, that's right, Mom. Just realized, Dad. All this time, there's nothing on your mind, but Dad has savings, Mom. Oh my god!"
"Iya juga ya, Bu. Baru kepikiran, Bapak D. Selama iki eneng pikiranmu opo gak ada, tapi simpanan Bapak ada, Bu. Oh telek tenan!" /
"Being an official, you must have savings. If not, what would you patent," complained Dad.
"Gue namanya udah jadi pejabat, ya harus punya simpanan lah. Kalau gak ada, mana paten," keluh Bapak. /
"Oh, it hurts so bad. My face is wasted, skincare treatment cost 80 million. Oh, my tooth hurts so bad too," said one of them. "Oh right, sis, it's scary. My nose even got broken, I hurt so bad."
"Aduh, sakit banget. Mukaku sia-sia deh, perawatan skincare 80 juta. Aduh, sakit kali gigiku pun semua," kata salah satu dari mereka. "Aduh iya kan, Kak, ngeri kali Um. Itu sampai patah hidung, aku sakit kali." /
"Well, compress your face first, Stella, so it's not too bad. But how could you guys lose to that fake Mom? There are three of you, and she's alone, it's really strange," replied the other.
"Nah, kau kompres dulu mukamu itu, Stella, biar gak apa kali. Tapi kok bisalah kalian kalah sama Umi gadungan itu? Kalian bertiga loh, dia sendiri, aneh kali," jawab yang lain. /
"I feel like her strength is really strong, ma. Oh, like Samson," she added.
"Aku tenaga dia tuh kuat banget, ma. Aduh, kayak Samson," tambahnya. /
"Yes, she's a woman, but her strength is like a storm. Oh, but how could she be so angry with you guys, until she tossed you around like this?" asked the other.
"Iya, dia perempuan, tapi tenaganya kayak bada. Aduh, tapi kok bisa marah kali Um sama kalian ya, sampai tercampak-campak k ini buatnya?" tanya yang lain. /
"Yeah, I was surprised to see it. Yes, we were just teasing, her mother got angry," replied the other.
"Iya, aku pun kaget nengoknya. Iya orang pari kami perkodok, ya marahlah mamaknya," jawab yang lain. /
"Rar, huh, teasing! You said teasing, that's right," asked Mom. "Yes, Mom, heh why did you say Rara, I slipped. You guys are indeed mischievous. Okay, you have nothing else to do, teasing someone's child in the neighborhood, the victim. It's no wonder Mom got angry like that. Her child was disturbed by you guys, Ken. Mom even came here angrily, she said her child was harassed by Ken."
"Rar, hah, perkodok! Kau bilang perkodok, betul itu," tanya Bu. "Iya Bu, heh kok kau bilang Rara, pauk lah keceplosan aku. Pau kalian memang paau, paau, paau. Oke, enggak ada kerjaan lain, kalian memperkodo anak orang pari pula itu, korbannya. Ih, panteslah Umi marah kayak setan gitu. Orang anaknya kalian apa-apain tahu, Ken. Umi pun datang marah-marah ke sini, dia bilang anaknya dilecekan sama Ken." /
"Yeah, mom doesn't believe it, because how could a boy be harassed by a girl. Turns out what Mom said was true. How embarrassing is this for mom? You are weird, setela. I'm dizzy looking at you," complained the other.
"Ya mama gak percaya, karena mana mungkin ada anak laki-laki dilecekan sama perempuan. Rupanya apa yang dibilang Umi itu betul. Apa enggak malu kali mama ini? Kau ini aneh-aneh lah kau, setela. Pening aku nengok kau," keluh yang lain. /
"Yeah, just one girl. Oh, I'm out, sis. Stel is the one who ordered it, Mom. Oh, why sis?" asked the other with a confused tone.
"Iya, anak sebiji perempuan. Ih, entarlah aku ah, Kak. Stel yang nyuru, loh Bu. Ih, kok kakak?" tanya yang lain dengan nada bingung. /
Sometimes, the chaos around us is just a reflection of the choices we make.
Rar, hah, perkodok!" Kau bilang perkodok? Betul itu. Iya, Bu. Heh, kok kau bilang Rara? Pauk lah, keceplosan aku. Pau, kalian memang paau, paau, paau. Oke, enggak ada kerjaan lain, kalian memperkodo anak orang. Pari pula itu korbannya. Ih, panteslah Umi marah kayak setan gitu.
/"Rar, hah, frog prank!" You said frog prank? That's right. Yes, Ma'am. Hey, why did you say Rara? Oops, it slipped out. You all are really idiots, idiots, idiots. Okay, nothing better to do, you prank someone's child. Pari was the victim too. No wonder Umi was furious like that."
Orang anaknya kalian apa-apain, tahu? Ken, Umi pun datang marah-marah ke sini. Dia bilang anaknya dilecekan sama Ken. Ya, mama gak percaya, karena mana mungkin ada anak laki-laki dilecekan sama perempuan? Rupanya, apa yang dibilang Umi itu betul. Apa enggak malu kali Mama ini? Kau ini aneh-aneh lah, kau. Setela, pening aku nengok kau. Iya, anak sebiji perempuan. Ih, entarlah aku. Ah, Kak Stel yang nyuru, loh. Bu, ih, kok kakak?
/"You know you did something to her child, right? Ken, Umi came here angry. She said her child was harassed by Ken. Well, mom didn’t believe it, because how could a boy be harassed by a girl? Apparently, what Umi said was true. Isn't mom embarrassed? You're so weird, you. Setela, you give me a headache. Yes, just one girl. Oh, I'll deal with it later. Ah, it was Sister Stel who ordered it. Ma’am, why sister?"
Dek, betul itu, Stella. Em, Stella bisa jelasi. Awalnya kami memang nyulik Fahri, Bu, ngajak makan misof. Aku sama Rara tiba-tiba Kak Stela datang nyurver kodok. Ya, kami maulah. Udah longor kalian tiga, memang semua. Ini kalau dilaporkan sama si Umi, bisa gol kalian semua. Aduh, jadi gimana dong? Mas, tolongin kami. Kami enggak mau masuk penjara. Mas, Sela enggak mau. Sela tobat deh. Iyalah, Bu, tolonglah kami, jangan masuk penjara.
/"Sis, that's right, Stella. Um, Stella can explain. Initially, we did kidnap Fahri, ma’am, invited him to eat misof. Rara and I, then suddenly Sister Stela came to survey the frog. Yes, we went along with it. You three are all dazed. If Umi reports this, all of you could be in trouble. Oh no, what should we do? Sir, please help us. We don’t want to go to jail. Sir, Sela doesn’t want to. Sela repents. Yes, ma’am, please help us, don't let us go to jail."
Kalau bisa, kami masuk PNS. Loh, masuk neraka kalian semua mau. Masalahnya ini semua orang udah tahu kalau Fahri yang salah. Ternyata, Umi lapor polisi dan tahu kau salah, Stella. Apa enggak malu, Mama? Apa enggak malu, Ma? Tolong dong, Ma. Makanya sebelum Umi lapor polisi, kita harus bikin sesuatu. Ini kan untuk kebaikan Mama juga.
/"If possible, we want to become civil servants. Oh, you all want to go to hell. The problem is everyone already knows that Fahri was at fault. It turns out that Umi reported to the police and knows you’re wrong, Stella. Isn't mom embarrassed? Aren't you embarrassed, mom? Please, mom. So, before Umi reports to the police, we need to do something. This is for your good too, mom."
Sama Stella, bikin apa? Kue nastar, Bu? Masih lama lagi Raya, Pa. M, Stella punya ide. Kita ajak aja warga-warga kampung sini untuk mengusir Umi. Lagian waktu kami perkodok Fahri, gak ada buktinya, kok. Ma, gak ada yang ngihat, jadi bisa aja kan bahwasanya kalau Fahri itu adalah yang salah dan memperkodok kami. Kita playing victim, kita permainkan catur ini, Mak.
/"And Stella, make what? Pineapple tarts, ma’am? Raya is still a long time away, dad. M, Stella has an idea. Let’s invite the villagers here to drive Umi away. Besides, when we pranked Fahri, there was no evidence. Mom, no one saw, so we can say that Fahri was the one at fault and pranked us. We play the victim, we play this chess game, mom."
Gimana? Betul itu, Bu. Pintar kali Kakak, ya. Enggak mau, Mama. Stel, gak mau fitnah. Itu namanya udah banyak kali dosa. Mama, lu! Aduh, Ma, tolong dong. Masa mau sih anaknya masuk penjara? Kalau Stella masuk penjara, Mama juga bisa diusir dari kampung ini. Kan juga Mama salah. Tolong dong. Tolonglah, Bu. Ih, iyalah, Bu, tolonglah. Tolong kami dong, Ma. Tolong, tolong.
/"How? That's right, ma’am. Sister is so smart, right? I don't want to, mom. Stel, I don't want to slander. That’s a lot of sin. Mom, you! Oh, mom, please. Do you want your child to go to jail? If Stella goes to jail, mom can also be expelled from this village. Mom is also at fault. Please, please. Yes, ma’am, please. Help us, mom. Help, help."
Ya udah, ya, diam. Diam biar aku urus ini semua. Aku, Nok, kalian memang ya bikin kerjaan aku. Aja, L, gak bisa diam di rumah. Is ping kali Mama. Stella, inilah udah diamkan di rumah, biar aku urus ini.
/"Alright, alright, quiet. Quiet, let me handle all of this. Nok, you all really make my work. Aja, L, can't sit still at home. It’s really stressing me out, mom. Stella, just stay quiet at home, let me handle this."
Walah, baru aja aku beli mesin cuci ini 3 minggu, udah rusak. Inilah kalau beli mesin cuci KW, mereknya togiiba. Ih, malas sekali. Aku nyuci pakai tangan, lah. Ih, ampun, mau Mulya pun. Malas kali, aku. Bu, Pi, Pi, ah, nikah sama Kenapa sih? Ind, pulang aja. Bukan asamualaikum, malah nangis. Mamaknya pun bayar kerjaan, lah. Bikin pening aja, Indah. Ini Pali jahat, l. Ind gak juga. Pali, Ind benci Pali.
/"Oh no, I just bought this washing machine 3 weeks ago, and it's already broken. This is what happens when you buy a counterfeit washing machine, the brand is Togiiba. Ugh, so lazy. I’m washing by hand. Oh, dear, even Mulya wants it. I'm really lazy. Ma’am, Pi, Pi, ah, why marry? Ind, just go home. Not saying hello, just crying. Her mom even pays for work. Just giving me a headache, Indah. This Pali is mean. Ind doesn't either. Pali, Ind hates Pali."
Powerel selamanya, Indah dan Pali. Enggak boleh kau ngomong gitu. Dek, Bang Pari itu guru ngajimu. Kalau kau benci sama dia, nanti kau susah ngapal layatayat. Tapi Bang sama co udah simpah-simpahan. Ind, gak maluok kau ini. Ngomong apa sih? N mau M, gak ngerti.
/"Powerel forever, Indah and Pali. You can't say that. Sis, Bang Pari is your religious teacher. If you hate him, it'll be hard for you to memorize the verses. But Bang and co have already pledged. Ind, aren’t you embarrassed? What are you talking about? N wants M, don’t understand."
Bang sama Soleh udah bocok tanam D. Udah, kini-kini, gak mau. Ihok, gak mau, gak mau. Udah, D, udah. Kau makan dulu, kau itu kelaparan. Makanya pikiran kau itu aneh-aneh. Udah ganti bajumu itu, cepat. Tapi Indah Putri Fransiska, sundarin Munaro. Tadi ganti bajumu, Mama bilang. Pali.
/"Bang and Soleh have already planted D. Enough, now, don’t want to. Ihok, don’t want to, don’t want to. Enough, D, enough. Eat first, you're hungry. That's why your thoughts are all over the place. Change your clothes quickly. But Indah Putri Fransiska, Munaro’s daughter. Change your clothes, mom said earlier. Pali."
Don't trust appearances; even the most respected can hide dark intentions.
Layatayat. But Bang, with the guy, already simulating, not embarrassed. What are you talking about? N wants M, doesn't understand. L Bang and Soleh have already planted D. Done, now doesn't want. G ihok, doesn't want, doesn't want. Already D, you eat first, you're hungry, that's why your thoughts are strange. Change your clothes quickly. But Indah Putri Fransiska, Sundarin Munaro, changed your clothes earlier. Mom said, "pali, mean, don't like."
Layatayat. Tapi Bang, sama co, udah simpah-simpahan, indak maluok. Kau ini ngomong apa sih? N mau M, gak ngerti. L Bang sama Soleh udah bocok tanam D. Udah, kini-kini gak mau. G ihok, gak mau, gak mau. Udah D, udah kau makan dulu, kau itu kelaparan, makanya pikiran kau itu aneh-aneh. Udah ganti bajumu itu, cepat. Tapi Indah Putri Fransiska, Sundarin Munaro, tadi ganti bajumu. Mama bilang, "pali, jahat, gak suka." /
Paliak troma with P par Saki in this heart so many times I really love, but not like this. So noisy from earlier. [Music] Walah, why is Aris’s ginger so small? This isn't ginger, Sri, that's turmeric. This is ginger, this is ginger, this is turmeric, not that. This one is ginger, this is galangal. You moms don't even know the spices. Oh, I thought this was kencur. Oh, ah, this is kencur, Sri, this is kencur. Oh, they look alike. They are one family, different moms.
Paliak troma sama P par Saki di hati ini tu sekian kali memang ku cinta, tapi tak begini. Bising kali dari tadi. [Musik] Walah, kok kecil-kecil kali Aris jahenya. Ini bukan jahe loh, Sri, itu kunyit. Jahe itu ini, ini jahe, ini kunyit loh, bukan. Yang ini jahe, ini lengkuas. Kau mamak-mamak pun gak tahu bumbu. Oh, kupikir ini kencur. Oh, ah, kencur ini, Sri, ini kencur. Oh, mirip-mirip soalnya. L apa orang ini satu keluarga, beda mamak. /
Antalri, you moms want to cook, don't know the spices. Iris, why is it so scary? Umi is hitting the setela, like possessed by a demon. Hitting it nonstop like that. Who said it was Heni? She saw directly Umi hitting Stella until she wanted to trample on Stella's stomach. Oh my God, really Sri. Yes, Ris, you don't believe it. It's scary if Umi is angry. Yes, right, Ris? Even though Umi is a religious teacher. Even a pious Ustaz can lose his temper. Well, it's because her child was harassed.
Antalri, kau pun mamak-mamak mau masak, gak tahu bumbu. Iris kok ngeri kali ya. Umi itu mukulin setela, kayak kemasukan setan gitu loh. Mukulinnya gak berhenti-berhenti kayak gitu. Siapa bilang itu si Heni? Tadi dia nengok langsung Umi mukulin Stella sampai mau dipijaknya L perut Stella itu. Ya Allah, Ah masa Sri. Iya, l Ris, gak percaya kali kau. Ih, ngeri kaliah kalau Umi udah marah. Ya, Iya kan, Ris? Padahal Umi itu guru ngaji loh. Alim Ustaz aja bisa gak ditahan emosinya. Ya namanya anaknya dilecehkan. /
Sri, even if my child Amad was harassed, then trampled on, he wouldn't be human. Kbikin he Ris. But do you believe if Fari was harassed by Stella, it's just strange. L I think there are also cases of men being harassed by women. Which one, Ris? What I often hear is that women always become the object of harassment by men. Yes, believe it, Umi with that. Her religion is strong, Sri. Has manners, we also know Pahri is the most pious child in this village, so it's impossible for him to harass.
Sri, aku pun kalau anakku si Amad itu dilecehkan, habis itu kijak-pijak, gak berbentuk manusia. Kbikin he Ris. Tapi kau percaya kalau misalnya Fari itu dilecekan sama Stella, aneh aja. L menurutku ada pula kasus laki-laki yang dilecekan perempuan. Yang mana, Ris? Yang sering aku dengar ini ya, perempuan selalu jadi bahan lecean laki-laki. Ya percayalah, Umi sama itu. Agamanya kuat, Sri. Punya adab, kita pun tahu Pahri itu anak paling alim di kampung ini, jadi enggak mungkin dia melecehkan. /
Stella, this is it, Ris, don't trust people too much. Because these people have black hair, but who knows their heart. It could be on TV, in the news there are pious religious experts, but there are also harassment cases. It could be that they just sell religion for personal gain, that's what I mean. If it's a rogue, not all, Sri. Your mouth, that's just your opinion, Kur. Ris, that's why we shouldn't trust humans too much. Trust in Allah subhanahu wa taala who helps us in this world and the hereafter. If you know that, I’m dead, no need to teach me anymore.
Stella gini ya, Ris, kok jangan terlalu percaya kali sama orang. Karena itu orang ini rambutnya hitam, tapi hatinya siapa yang tahu. Bisa aja di tv-tv sana, di berita-berita itu ada ahli agama Alim, tapi kasusnya ada juga pelecehan. Bisa jadi dia itu cuma jual agama untuk kepentingan pribadi, itu loh maksudku. Kalau itu oknum, gak semua ya, Sri. Mulutmu, ya itu kan opin kur. Ris, makanya kita jangan terlalu percaya sama manusia. Percayalah kepada Allah subhanahu wa taala yang menolong kita di dunia dan akhirat. Kalau itu udah tahu, aku bangke, gak usah kuajari lagi. /
Marah Bu, want to buy a charm. This charm can make you rich, just one left, just limpul. Maul, I Bang, give Bu. Ih, Alhamdulillah, I'm rich. Ih, it's so hot, just snapped like this, made dry. My clothes. Eh, Tak Endang, why are you crying? No. You saw Stella was beaten by Umi like an animal earlier. My child was treated like that. I am her mother, I gave birth to her, I raised her. Even though I don't know who her father is, but I never laid a hand on Stella. How can Umi easily lay a hand like that on my child? Try it, right Kak.
Marah Bu, mau beli jimat. Jimat ini bisa buat kaya, tinggal satu nih, limpul aja. Maul, aku bang, kasih Bu. Ih, Alhamdulillah, aku kaya. Ih, sedap kali panasnya, jepret gini, kering dibuatnya. Bajuku. Eh, tak Endang, kenapa kok nangis? Enggak. Kau tengok setela tadi dipukulin Umi kayak binatang. Anakku dibuatnya. Aku mamanya, aku yang melahirkan dia, aku yang besarkan dia. Walaupun aku gak tahu bapaknya siapa, tapi aku gak pernah main tangan sama Stel. Kok Umi enak kali main tangan kayak gitu sama anakku? Cobalah, iya ya Kak. /
Even though she is a religious teacher, how come she does that three times, she has no morals. Useless being a religious teacher, right Kak? That's it if the religious teacher is fake. That's why I'm going to her house, I want to confront her, I want to pull her. It's dangerous if our child studies religion with her, instead of improving morals, it gets worse. Yes, Kakak is right. Because my child studies religion with her, if you have a religious teacher like Umi, it's better we expel her from this village. Enough, I don't need a religious teacher like that. Yes, let's gather the people in this village to expel Umi. Let's go Kak.
Padahal dia guru ngaji, kok tiga kali dia kayak gitu, enggak ada akhlaknya dia tuh. Percuma jadi guru ngaji, ya kan Kak? Itulah kalau guru ngaji gadungan. Makanya ini aku mau datang ke rumahnya, mau kulabrak, mau kuucir dia. Bahaya kalau anak kita ngaji sama dia, bukan makin baik akhlaknya, malah makin bejat. Iya, betul Kakak bilang. Soalnya anakku ngaji sama dia, kalau punya guru ngaji kayak Umi itu, bagusan kita usir dari kampung ini. Enggak sudah, aku punya guru ngaji kayak dia itu. Iya, kita kumpulin ya orang-orang kampung sini untuk ngusir Umi. Ayo Kak. /
Hey Kak, what's going on, why is it so noisy? I was sleeping and got woken up. We want to evict Umi, we want to expel her from this village because she hit Stella, setting a bad example.
Hei Kak, ada apa sih kok ribut-ribut? Aku tadi tidur, jadi terbangun. Ini kami mau ng Umi, mau kami usir dari kampung ini karena maukuli setela, mencontohkan yang enggak baik sama. /
Jangan biarkan guru yang salah mengajarkan nilai yang keliru kepada anak-anak kita.
In the midst of the heated discussion, one of the residents expressed, "such a person lacks character". / Di tengah perbincangan yang panas, salah satu warga mengungkapkan, "kayak gitu enggak ada akhlaknya dia tuh".
He felt that "it's pointless being a religious teacher" if one's character is not good. / Ia merasa bahwa "percuma jadi guru ngaji" jika akhlaknya tidak baik.
He added, "That's what happens with a fake religious teacher" and planned to visit the teacher's house to "confront" and "scold" him, fearing that the children learning from him would become "even worse". / Ia menambahkan, "Itulah kalau guru ngaji gadungan" dan berencana untuk mendatangi rumah guru ngaji tersebut untuk "kulabrak" dan "kuucir" dia, karena khawatir anak-anak yang belajar ngaji padanya justru akan "makin bejat".
Another resident agreed, "you're right, sister", and revealed that her child was also learning from the same teacher. / Salah satu warga lain setuju, "betul Kakak bilang", dan mengungkapkan bahwa anaknya juga belajar ngaji dengan guru yang sama.
They agreed to "gather the people from this village to expel Umi". / Mereka sepakat untuk "kumpulin ya orang-orang Kampung sini untuk ngusir Umi".
Suddenly, a resident who had just woken up asked, "Hey sis, what's going on? Why all the noise?" / Tiba-tiba, seorang warga yang baru bangun tidur bertanya, "Hei Kak, ada apa sih kok ribut-ribut?".
They explained that they wanted to "expel Umi from this village" because "she is setting a bad example for our children". / Mereka menjelaskan bahwa mereka ingin "usir Umi dari kampung ini" karena "maukuli setela mencontohkan yang enggak baik sama anak kita".
The resident agreed to join in, "for the sake of our children's well-being too". / Warga tersebut pun setuju untuk ikut, "demi kebaikan anak kita juga ini".
They then called other residents to gather and plan their actions. / Mereka kemudian memanggil warga lain untuk berkumpul dan merencanakan tindakan mereka.
On the other hand, Umi Fari apologized, "Umi Fari apologizes, sorry". / Di sisi lain, Umi Fari meminta maaf, "Umi Fari minta maaf ya Mi".
She felt she had failed as a child for making her parents cry. Umi comforted Fari, "no, dear Fari, don't talk like that". / Ia merasa telah gagal sebagai seorang anak karena telah membuat orang tuanya menangis. Umi menghibur Fari, "enggak sayang Fari, Gak boleh ngomong kayak gitu".
Umi emphasized the importance of sincerity, "we must sincerely know that Abi belongs to Allah". / Umi menekankan pentingnya keikhlasan, "kita harus ikhlas Abi milik Allah".
However, the situation escalated when a resident asked, "Why did you hit my child like that?" / Namun, suasana semakin memanas ketika seorang warga bertanya, "Kenapa kau mukulin anakku sampai kayak gitu?".
He was angry and questioned the dignity of the religious teacher. Another resident added, "that thief", accusing him of "stealing respect and dishonoring him". / Ia merasa marah dan mempertanyakan harga diri guru ngaji tersebut. Warga lain menambahkan, "stel itu pencuri", dan menuduhnya telah "mencuri perjafari dan melecekannya".
Umi tried to defend Fahri, "Astaghfirullahalazim, fathers and mothers, you know Fahri is the victim here". / Umi berusaha membela Fahri, "Astagfirullahalazim bapak-bapak dan ibu-ibu tahu kan Fahri adalah korban di sini".
She argued that Fahri was a "pious and religiously devout child" who could not have done something bad. / Ia berargumen bahwa Fahri adalah anak yang "Alim dan taat kepada agama" dan tidak mungkin melakukan hal buruk.
However, another resident responded skeptically, "oh, you're stupid if you don't believe". / Namun, warga lain menanggapi skeptis, "oh bodoh mampuslah kau kalau enggak percaya".
Tension increased when Umi suggested a medical examination, "let's take our two children to the hospital for a medical check-up". / Ketegangan meningkat ketika Umi mengusulkan untuk melakukan pemeriksaan medis, "kita bawa anak Kita dua kita pisum ke rumah sakit".
However, another resident rejected it, "if there's a medical check-up, Fari will surely be in the wrong". / Namun, warga lain menolak, "kalau nanti dipisum pasti Fari yang salah".
The situation became increasingly out of control, and shouting began to be heard, "just throw, throw, throw". / Situasi semakin tidak terkendali, dan suara teriakan mulai terdengar, "lemparin aja lemparin lemparin".
The residents tried to calm the situation, but tension remained palpable. / Warga berusaha untuk menenangkan keadaan, tetapi ketegangan tetap terasa.
Finally, the situation became chaotic, and everyone tried to find a solution, "I'll find a house" and "come on, sis, gather the people here to expel Umi". / Akhirnya, suasana menjadi kacau dan semua orang berusaha mencari solusi, "naku mau cari rumah" dan "ayo Kak kumpulin orang-orang sini untuk ngusir Umi".
The tension between the residents and the religious teacher showed how serious the issue was and its impact on the children in the village. / Ketegangan di antara warga dan guru ngaji tersebut menunjukkan betapa seriusnya masalah ini dan dampaknya terhadap anak-anak di kampung.